Rabu, 28 Mei 2008

cermin 6

Komunitas
Oleh: Afdiannoor Rahmanata
MAKMUR dan sejahtera? Mungkin itulah yang dikehendaki masyarakat Indonesia. Kalau saya dan mungkin anda ingin berpikir tentang kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat maka program dan perencanaan mesti dilibatkan. Kenapa demikian? Sebab dengan progam dan perencanaan segala bentuk apapun meski terlihat hasilnya. Salah satu contohnya, program dan pencanaan untuk memajukan dan mengentaskan masyarakat miskin yakni Komunitas Adat Terpencil (KAT).
KAT merupakan program pemerintah dalam mengentaskan masyarakat yang tertinggal taraf hidupnya, terutama miskin dalam berbagai aspek. Karena itu dari tahun ke tahun pemerintah berupaya meminimalisir anggota masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Kalsel salah satu daerah yang memiliki anggota masyarakat miskin, terbukti
Departemen Sosial RI, telah menyediakan dana KAT pada 2004 untuk Kalsel sebesar Rp3,9 miliar dari Rp75 miliar anggaran se-Indonesia, meski tahun 2007 lebih besar dari dana tersebut. Kendati demikian, perencanaan pemerintah pusat yang berinisiatif mebuat konsep pemukiman yang dikaitkan dengan lingkungan masyarakat masih belum didukung oleh pemerintah kabupaten yang menjadi objek proyek dan program tersebut. Tidak adanya dukungan itu, terlihat dari tidak dianggarkannya dana KAT dalam APBD kabupaten setempat. Padahal secara sadar, ikrar untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat cukup bergema baik melalui wakil-wakil yang terhormat di legislatif maupun pelaksana teknis lembaga eksekutif di daerah. Mari kita berpikir? Apakah dengan memberikan uang bagi masyarakat miskin kita dikategorikan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran. Jawabnya mungkin tidak. Karena sifatnya dapat sesat, namun terpenting dalam upaya jaminan kesejahteraan dan kemakmuran tidak lain mendukung upaya pemerintah pusat, terutama dimulai dari pemerintah daerah dengan memberanikan menganggarkan di APBD kabupaten setempat.
Pemberian kemakmuran dan kesejahteraan pada rakyat, kini hanyalah sebuah wacana yang didengung-dengungkan kaum politisi dan birokrat guna memperoleh kedudukan strategis untuk meniti karier. Faktanya jelas, berapa banyak masyarakat miskin perkoaan/pedesaan mengeluh. Mereka berkata “Masa bodoh dengan pemimpin, yang penting kita bisa cari makan,”. Mau dikemanakan negeri ini, janji pemimpin tidak kunjung tiba. Imbasnya masyarakat dipersalahkan. Dan siapa yang bertanggungjawab?
Dalam kontek ini, cermin bagi kita, apa yang seharusnya diperbuat. Kalau ingin memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat jangan tanggung-tanggung, dukung program dan rencana pemerintah pusat melalui dana anggaran daerah. Bukakah penegentasan kemiskinan salah satu tujuan kita. Berbuat yang baik lebih baik gambaran orang memanen padi saat kekeringan dan gersang. Saat masyarakat memerlukan bantu sekuatnya, saat masyarakat tak memerlukan kunjungi atau jalin silaturrahmi itulah jiwa kesatria. Bila ini diterapkan tidak heran negeri kita akan mencapai negeri makmur, aman, sentosa. Jasa akan dikenang. Itulah Baldhatun Tayyibathun Warabbun Ghafur. Lalu Bagaimana hasil KAT.Akankah masayarakat Kalsel dapat mengais hidup makmur dan sejahtera? Wallahubissawab. ***

cermin 5

Umat Islam
Oleh: AFDIANNOOR RAHMANATA
Islam adalah agama yang paling sempurna di muka bumi, dalam surat Al-Maidah sudah dijelaskan tentang penyempurnaan agama dimaksud.
Kendati begitu, banyak umat Islam tidak masuk dalam rangkaian Islam ‘kaffah’ yang merujuk kepada ‘ittiba’ rasul, baik perbuatan, perkataan, dan bentuk Muamallah dalam kehidupan sehari-hari.
Celakanya umat Islam justru menjadi ‘bumper’ kekuasaan, sementara ‘kekuasaan’ itu pun tidak dapat digunakan untuk kepentingan umat Islam. Betapa tidak, Indonesia yang didominasi umat Islam hanya dapat melihat begitu besar kekuasaan itu, justru ‘merobek-robek’ kehidupan umat. Tingkat kemiskinan cukup tinggi, pengangguran merajalela, yang mayoritas adalah umat Islam. Melihat ‘titik merah kekuasan’ cukup jelas, bahwa ‘kekuasaan’ yang diongkrak umat Islam, hendaknya mampu memberikan pencerahan kepada umat Islam, agar bagaimana umat Islam dapat hidup makmur, ekonomi cukup, pekerjaan layak, dan lainnya. Aspek besar kehidupan bernegara, membuktikan bahwa ‘kekuasaan’ di tingkat pemerintahan yang didukung umat Islam belum dapat menjadi ‘pegangan’ umat Islam untuk menjadi baldathun thoyyibatun wa rabbun ghaffur.
Padahal, Islam berasal dari perkataan Arab (aslama, yuslimu, islaman) yang bermaksud tunduk, patuh dan selamat, sejahtera serta damai. Nama Islam itu sendiri adalah diberi oleh Allah SWT. Agama Islam adalah agama yang mentauhidkan Allah dan telah lama wujud, bermula dengan Nabi Adam AS- Nabi Muhammad SAW, meski yang membedakan antara nabi-nabi ialah dari segi syariat.
Nama Agama Kristian dan Yahudi pun merujuk kepada kaum atau rasul pada masa nabi-nabi itu. sedang syariat asal Kristian dan Yahudi adalah Islam, yang masa itu terdapat lebih 1,8 ratus bilion Muslim di dunia. Dan mereka percaya bahawa Islam diturunkan oleh Allah kepada kesemua rasul-rasulnya, termasuk Nabi Adam AS, Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS, dan Nabi terakhir Muhammad SAW. Pengikut syariat-syariat asal Kristian dan Yahudi adalah bergelar ahli kitab, dan Mereka yang beriman dengan ajaran agama Islam bergelar Muslim.
Umat Islam percaya bahwa makhluk yang berada di alam pana ini termasuk tumbuh-tumbuhan, binatang, angin, air, bumi, bulan, matahari, bintang dan segalanya patuh dan tunduk kepada ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT. Tidak tertinggal malaikat, manusia, dan jin harus patuh terhadap ajaran Islam kecuali Iblis serta sebahagian dari jin ingkar kepada perintah Allah SWT.
Umat Islam percaya Nabi Muhammad SAW diutuskan oleh Allah, untuk menyempurnakan syariat yang terdahulu dengan turunnya Al-Quran sebagai panduan dan muamallat ‘baginda’ sebagai penerangnya.
Dalam Islam, ada tiga konsep yang penting yaitu iman, amal dan ihsan. Ringkasnya Iman adalah berkaitan aqidah seorang Muslim. Kepercayaan ini bersandarkan kepada enam perkara yang disebut Rukun Iman, dan Rukun Islam ada lima perkara dan berkait terhadap seorang Muslim, bila ihsan menyentuh adab seorang muslim.
Konteks itulah menuntun kita untuk lebih berpikir ‘jernih’, melakukan analisa, kemana arah perjuangan umat Islam itu, sehingga tidak ‘ngambang’ dan menjadi bulan-bulan untuk suatu kepentingan yang tidak jelas dan tidak membela kepentingan umat Islam.***

Pendidikan
Oleh: Afdiannoor Rahmanata
DIDIK anak-anak agar menjadi orang pandai….! Menurut saya kalimat itu mungkin hanya sebuah anjuran, atau perintah kepada orang tua, dan guru. Namun dibalik kalimat tersebut memiliki makna yang makro. Kenapa? Dalam tatanan dunia pendidikan, aspek untuk mendidik anak-anak tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
Pemerintah disini berkewajiban memberikan fasilitas baik melalui jalur sekolah (formal) maupun jalur luar sekolah (non formal), namun kedua jalur itu harus mendapat dukungan masyarakat selaku objeknya terutama dalam menjalankan pendidikan jalur luar sekolah. Kendati jalur formal dan non formal berjalan lancar namun terkedala dalam berbagai aspek diantaranya kelemahan sistem pendidikan nasional yang secara substansial harus memerlukan perubahan. Sistem pendidikan sekarang ini terlalu sentralistik mengingat era otonomi dengan digulirkannya desentralisasi. Bahkan terjadi inkonsisten dimana pendidikan yang berakar pada budaya belum terkembangkan secara menyeluruh.Artinya sistem pendidikan kita masih mengacu kepada kurikulum pusat padahal kurikulum lokal potensial yang mengacu pada budaya kita untuk dikembangkan dan disebarluaskan sesuai kebutuhan pendidikan daerah. Ironisnya, sistem pendidikan seperti itu tidak didukung oleh biaya satuan pendidikan. Jadi sekolah yang terselenggara oleh pemerintah saja maka akan dibiayai dan menjadi tanggung jawab pemerintah pula.
Akibatnya kini pendidikan yang berbasis masyarakat tidak dapat terlaksana mengingat manajemen pendidikan yang sentralistik tersebut terus bergulir dan terealisasi hingga sekarang. Contoh konkrit kurikulum pendidikan dasar dan menengah dengan pelaksanaan ebtanas atau UAN alias UN dengan buku paket yang terpusat. Manajemen berbasis sekolah pun tidak dapat berjalan sesuai program akibat diatur oleh buku petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis dari pusat yang wajib dilaksanakan oleh sekolah. Pengembangan semacam ini tidak dapat dibutuhkan anak secara riil sebab hanya menonjolkan sisi teoristisnya belaka. Anehnya anak akan berlaku pasif dan sulit untuk memunculkan inovasi atau temuan/cara baru dalam dunia pendidikan apalagi life skill (keterampilan Hidup,red).Namun harus anda dan saya sadari, manajemen berbasis sekolah telah menawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah dengan mengandalkan potensi untuk menciptakan kepala sekolah, guru, pengelola sistem pendidikan menjadi demokratis, transparan, dan tidak monopoli. Sejak kemerdekaan hingga era tahun 60-an pendidikan nasional terus menghadapi tantangan dengan pembangunan mengarah pada aspek pembentukan karakter bangsa dan nasionalisme. Namun dekade berikutnya, pembangunan terarah pada pertumbuhan ekonomi dan stabilitas dengan pendekatan keamanan sehingga SDM bangsa terabaikan. Dari sini masyarakat kita menjadi rentan krisis politik, sosial, hukum, ekonomi, moral, sosial dan budaya. Akankah ini berlanjut? Lalu bagaimana nasib anak-anak kita di Kalsel. Mampukah orang tua, guru, pemerintah daerah, dan masyarakat membina, mendidik, dan mengarahkan mereka. Konteks ini, saya sarankan maka yang harus dirubah sistem pendidikan sentralistik. Pemerintah daerah secara perlahan harus mengambil sikap untuk berbuat dengan mengedepankan aspek kurikulum lokal khasanah budaya kita. Bukankah aspek budaya kita masih terlupakan oleh generasi sekarang?.***

CERMIN 3

Dunia Islam
Oleh: Afdiannoor Rahmanata

ISLAM adalah satu-satunya agama besar yang berkembang dengan pesat sekali di seluruh penjuru dunia. Dalam kurun waktu dua abad saja Islam telah tersebar hamper separoh dunia, dan menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, sekaligus membina satu dunia baru yaitu dunia Islam. Dalam tiga abad pertama sejarah Islam (650-1.000 M) bagian dunia yang dikuasa umat Islam adalah bagian yang paling maju serta memiliki peradaban tinggi. Buktinya di kota-kota besar daerah Timur Tengah yang indah terdapat masjid-masjid yang megah, universitas-perguruan tinggi dan perpustakaan besar yang menyimpan peradaban dan hikmah lama yang bernilai tinggi. Sementara ketika itu, di Eropa masih tenggelam dalam dunia kegelapan. Akan tetapi dalam masa tiga abad berikutnya, mulai mengalami gejala kemunduran secara perlahan dalam waktu panjang. Misalnya, dalam lapangan agama, umat Islam makin lama makin beku pikirannya bahkan beranggapan bahwa pintu Ijtihad (yakni memahami Al-Quran dan Sunnah dengan akal sehat) telah tertutup. Sehingga merasa cukup mengikuti (taklid) pendapat para alim ulama. Akibatnya bid’ah dan khurafat merajalela di kalangan umat. Sementara akhlaq pun telah merosot, dimana umat Islam hanya mementingkan kehidupan dunia dari kehidupan akhirat. Dalam lapangan politik sosial, umat Islam mulai terdesak oleh bangsa-bansa Barat. Dimulai hancurnya Baghdad, terusirnya umat islam dari Spanyol, kemudian dipukul mundurnya Turki di Wina. Hingga berlanjut pengeroyokan terhadap Turki di Timur Tengah kemudian jatuh/takluk, termasuk di India dan Asia Tenggara.
Lapangan Ekonomi, sejak diketemukannya jalan laut ke Timur oleh bangsa Barat, perdagangan ke Timur yang semula dikuasai oleh umat Islam berpindah ketangan bangsa Barat, sehingga bertambah maju dan kuat, namun umat Islam semakin lemah dan melarat. Lapangan Ilmu Pengetahuan, cukup memprihatinkan, sebab kemunduran ekonomi, social, dan politik sangat berpengaruh terhadap bidang ilmu pengetahuan, sedang pengetahuan Barat semakin berkembang dengan pesat yang dimulai dengan zaman reneisance, hingga mengahsilkan revolusi Industri.
Segala lini kehidupan dunia Islam sangat tertinggal dengan dunia Barat, bahkan akhir abad 18 seluruh dunia Islam berada di bawah penjajahan bangsa-bangsa Barat. Akibat tekanan imprialisme Barat itulah kemudian muncul beberapa orang pemimpin dan ulama yang bercita-cita dan berusaha keras untuk mengembalikan kejayaan Islam dan umatnya. Gerakan itu kemudian dikenal kebangkitan kembali dunia Islam, yang lebih popular dengan gerakan reformasi dan modernisasi Islam.
Mungkin anda dan saya akan berpikir, mampukah umat Islam mengalami kejayaan seperti masa lampau. Secara parsial kelemahan dan kekurangan umat Islam hingga sekarang ternyata tidak dapat ditutup-tutupi, sebab yang menghancurkan generasi, akhlaq kaum muslimin tidak lain dari kalangan umat Islam sendiri. Ini berarti kecanggihan pengetahuan dapat merosotkan nilai-nilai agama bila tanpa didasari pengetahuan agama yang matang dan mumpuni. Lalu sampai kapan kita dapat mengakhiri petuangan dari generasi ke generasi umat Islam hingga mencapai kejayaan? Apakah yang mengikut ulama, umara dan tokoh yang dimuliakan, hingga mencapai umat yang satu (umatan wahidah) dan perpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Namun bila ingin selamat dunia dan akhirat maka berpeganglah kepada yang dua yakni Qur’an dan sunnah.***

CERMIN 2

Korupsi
Oleh: AFDIANNOOR RAHMANATA

Korupsi di Indonesia sudah menyebar bagai virus, meski hanya kasat ‘mata’ dan ‘terdengung’ dalam sebuah pemberitaan, namun perbincangan tentang korupsi sudah merambah ke berbagai lini kehidupan, baik desa maupun kota.
Kata korupsi sudah ‘membumi’ dan sulit untuk terhapuskan, mengingat kata korupsi dibarengi dengan perbuatan atau tindakan. Untuk mengatasi, memberantas, mencegah, dan mengendalikan agar ‘orang’ tidak bertindak korupsi, maka DPR pun mengesahkan UU No Tipikor dan lembaga ‘penghukum’ yakni Pengadilan KPK.
Dalam menyerap dan memaknai ‘musibah’ korupsi, oleh berbagai elemen masyarakat, LSM dan lembaga lainnya selalu dikampanyekan.
Korupsi bahasa latin: corruptio dari kata kerja corrumpere busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, perilaku pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur yakni perbuatan melawan hokum, penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan), penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah atau pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harfiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Lalu bagaimana pemberantasan Korupsi di Kalsel ?***

cermin 1

Politik Islam
Oleh: AFDIANNOOR RAHMANATA
MASA ke masa telah terlampaui, namun segala bentuk ‘kepuasan’ tidak pernah kunjung tiba. Kepuasan akan tercapai bilamana dapat terealisasi sesuai harapan. Tak terkecuali, aspirasi masyarakat yang kian hari, minggu, bulan, tahun, hingga silih berganti pemilu semakin tidak terwujud dan masih menumpuk dalam gedung wakil rakyat yang notabene sebagai rumah mewah ala khas budaya daerah. Padahal paradigma baru dan format baru dalam perpolitikan selalu didengungkan hingga mengalir bagai air ke pelosok desa, yang secara sedikit demi sedikit meracuni masyarakat pedesaan untuk andil dalam menentukan nasib daerah, bangsa, negara. Salah satunya memantapkan format baru politik Islam, namun politik Islam yang berupaya membangun umat Islam beserta berbagai institusi yang bisa didirikan di tengahnya sebagai publik dan oposisi belum mampu menembus dan mengubah/membangun ‘wajah’ barunya di tengah masyarakat. Konkritnya politik Islam sangat identik dengan Partai Politik (parpol) berbasis Islam, seperti PPP, PKB, PBR, PKS, PBB, PNU, PP, PII, Masyumi, Partai Matahari Bangsa (PMB) partai baru bentukan angkatan muda muhammadiyah dan partai Islam lainya. Namun bisa juga dikategorikan sebagai institusi berbasis Islam seperti ormas Islam, pers Islam, LSM Islam, maupun pendidikan Islam. Dalam perjuangannya parpol berbasis umat Islam ini masih lemah, bahkan hampir tidak terdengar, akibatnya kepercayaan publik turun drastis terhadap institusi tersebut, meski pemeluk agamanya Islam. Alasanya, komunitas umat Islam yang memiliki aspirasi politik masih terbatas dalam memelihara dan mengembangkan aspirasi itu ke hadapan khalayak luas sehingga muncul ketakutan dalam menyiasati/keberanian untuk mendesak parpol Islam dalam pengambilan kebijakan demi kepentingan rakyatnya.
Ironisnya, para fungsionaris parpol Islam relative banyak yang tidak mengerti dan paham betul terhadap komunitas public masyarakat muslim dan celakanya parpol Islam hanya dijadikan symbol untuk meraih sukses, meraup keuntungan pribadi, dan mencabik-cabik kaum muslim dengan dalih berjuang untuk kepentingan umat. Buktinya, Pemilu 2004 lalu telah membangkitkan parpol Islam dengan eofuria umat, hingga wakil-wakilnya di legislatif berhamburan. Namun alhasil, janji palsu, dan nanti…. nanti…. setelah saya dan anda jadi anggota dewan yang terhormat akan perjuangkan nasib kalian. Benarkah? Jawabnya, mungkin anda yang tau!!!. Kontek ini menyakinkan saya dan mungkin anda bahwa akan terjadi pergeseran paradigma di kalangan umat Islam apolitis irasional menjadi politis rasional. Karena itu tidak heran bila rakyat berteriak. “Berhentilah bicara politik, rakyat butuh beras. Kami butuh uang untuk mendukung anda,”. Terjadinya semacam ini, yang memunculkan sebuah kekeliruan lama politik Islam mengingat umat Islam tidak terbentuk dalam komunitas public yang tidak menonjolkan kelompok, dan golongan.
Lalu apakah Pemilu 2009, akan berlanjut melahirkan wakil-wakil parpol Islam di parlemen yang reformis dengan menyokong terbangunnya kekuasaan politik Islam? Jawabnya tergantung dari gaya parpol Islam untuk menawarkan produk-produk baru secara mesra kepada rakyat dan umat Islam. Bila mampu menggaet potensi umat maka tidak mustahil parpol Islam dengan kekuatanya akan menjadi raksasa kekuasaan. Namun saya dan mungkin anda sadari kekalahan parpol Islam dalam setiap Pemilu lantaran kesalahan dirinya sendiri yang tidak mengelola menejemen, agenda, platform, program, ideologi, kepemimpinan, jaringan, dan aksi secara baik. Lalu, Apa yang pernah diperbuat wakil rakyat parpol Islam di Kalsel? Dapatkah menjadi cerminan bagi masyarakat Kalsel yang kental Islamnya? Andalah yang menjawabnya! Wallahu a’lam Bisshawwab

Jumat, 23 Mei 2008

PMB-PC

PMB di Kalsel Sudah Miliki 50 Pimpinan Cabang (PC)
Banjarmasin
Sekretaris Majelis Imarah PW Partai Matahari Bangsa (PMB) Kalsel Afdiannoor Rahmanata, SPt menyatakan 10 PD Partai Matahari Bangsa (PMB) Kabupaten/kota yang terbentuk di Kalsel yakni PD PMB Kota Banjarmasin, PD PMB Banjarbaru, PD PMB Barito Kuala, PD PMB Tanah Laut, PD PMB Tanah Bumbu, PD PMB Kotabaru, PD PMB Tapin, PD PMB Hulu Sungai Selatan (HSS), PD PMB Hulu Sungai Tengah (HST), dan PD PMB Hulu Sungai Utara (HSU) siap diverifikasi KPUD Provinsi Kalsel dan KPUD Kabupaten/Kota. "Dan insya Allah KTP dan KTA di tiap kabupaten/kota sudah terkumpul sesuai dengan persyaratan KPU, yang artinya siap diverifikasi pada 3-20 Juni 2008 mendatang," bebernya.
Sedang PD PMB Banjar, PD PMB Balangan, dan PD PMB Tabalong tetap konsentrasi pembentukan PC PMB di kecamatan, rayon dan ranting. "Kita sudah memiliki sedikitnya 50 Pimpinan Cabang (PC) se-Kalsel," tuturnya.
PMB merupakan partai alternatif berasaskan Islam, dengan platform integritas nasional (al wahda al wathaniyah) dimana perbedaan agama, suku, ras, dan adat istiadat tidak boleh dijadikan sebagai kendala dan perpecahan. kemudian keadilan (al adalah) yakni keadilam milik seluruh rakyat dan harus diperjuangkan dengan membumikan 'amar ma'ruf nahi mungkar sehingga cita-cita politik Islam terwujud. dan penegakkan nilai-nilai kemanusiaan (qamat al huquq al insyaiyyah)sesuai dengan prinsip islam yang menjamin hak hidup, serta ksejahteraan rakyat (al mashlahat al ijtima'yah) dengan memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia sehingga tercipta sistem politik dan ekonomi seperti terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan bagi umat manusia.
sebelumnya Rapat Koordinasi (Rakornas) III Partai Matahari Bangsa (PMB) di Hotel Sahid Jakarta pada 21-23 April 2008 membahas persiapan verifikasi KPU dalam menghadapi Pemilu 2009 mendatang. Selain itu, verifikasi internal partai juga dilakukan, dimana secara nasional 90% sudah memiliki PD di kabupaten/kota dan PC di kecamatan, dengan 33 PW di tingkat Provinsi. Sekretaris PW PMB Kalsel Afdiannoor Rahmanata, SPt mengungkapkan hal itu di Banjarmasin. "Memang, insya Allah kita lulus verifikasi sebagai peserta Pemilu 2009, termasuk PW PMB Kalsel juga diyakini dapat diverifikasi KPUD, sebab sudah terbentuk 11 Kabupaten/kota dengan 60% kecamatan," kata mantan aktivis kampus era 1998 ini, Jumat(23/5).
Memang sebelumnya masalah verifikasi dalam Rakornas III itu, katanya, namun Pimpinan Pusat (PP) Partai Matahari Bangsa (PMB) juga mencalonkan 13 nama menjadi calon presiden alternatif yang kemudian disodorkan kepada seluruh PW se-Indonesia. Di antaranya Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof DR HM Din Syamsudin MA, Mensesneg Hatta Radjasa, mantan Gubenur DKI Jakarta Sutiyoso, Ketua Umum PP PMB Imam Addaruqutni, dan kader PAN Jeffrie Giovanie. "Kita berharap figur-figur muda akan memimpin bangsa Indonesia ke depan," kata alumni IMM Kalsel ini.
(rel)

Mengenai Saya

lahir di Banjarmasin Kalsel dan besar dari keluarga muslim yang taat kepada ajaran agama ISLAM berdasarkan Al Quran dan Hadist. sekolah di perguruan Muhammadiyah, dan sempat menamatkan pendidikan tinggi di Fakultas Pertanian.